Tribratanewsjambi.com - Kamis (25/08) BNPT melalui FKPT Jambi melaksanakan dialog bersama masyarakat Jambi di hotel Odua tentang radikalisme dengan nara sumber: Brigjen Pol Drs Hamidin, (Direktur Pencegahan BNPT), DR Suhardi Somomuldjoyo, SH, MH (Praktisi Hukum), Abdurrahman Ayyub (Mantan Teroris), AKBP Drs. Zainuri Anwar Wadir Binmas Polda Jambi dan Ketua Lembaga Adat Kota Jambi.
Acara ini menjadi menarik bukan saja para nara sumbernya mumpuni dibidangnya tetapi juga karena pesertanya adalah tokoh ekonomi, tokoh budaya, praktisi hukum serta LSM.
Contohnya salah satu peserta mempertanyakan secara tajam dalam tinjauan sudut ekonomi dan politik, sesungguhnya "TERORIS ITU POLITIS ATAU IDEOLOGI"
Berangkat dari pertanyaan ini masing² nara sumber memaparkan sesuai bidang tugasnya.
Secara kronologis dan struktur dijelaskan munculnya radikalisme sampai ISIS yang ada di dunia internasional sampai Indonesia dijelaskan oleh Dir Cegah BNPT. Sementara itu Dr Suhardi selaku orang hukum melihat bahwa terorisme sangat berlawanan dengan ideologi bangsa, karena itu keberadaanya di Indonesia illegal.
Berbeda dengan dua pembicara di atas Abdurrahman selaku mantan pelaku teroris bahwa radikalisme sampai terorisme adalah ideologi. Waktu saya ada di dalamnya, saya berkeyakinan bahwa seluruh aparat negara ini adalah thaghut. Bersyukur saya dikasih kesempatan oleh ALLAH untuk bertaubat, sehingga bisa kembali ke jalan yang benar, ujarnya.
Penjelasan itu kemudian dipertegas oleh Wadir Binmas. Secara garis besar digambarkan tentang ciri² sikap radikalis diantatanya; kehidupanya ekslusif, menyebar kebencian, mengajari kekeradan, memadukan faham dengan ajaran, merasa paling benar yang lain salah dsb.
Selanjutnya Wadir Binmas menggambakan secara tentang kasus² radikalisme dan intoleran yang dia tangani, khususnya di wilayah hukum Polda Jambi. Dalam uraianya, mantan Kapolres Tebo ini menegaskan bahwa benih radikalisme di Jambi sudah ada. Faktanya ada kasus intoleran di Sungai Bahar, kasus Mestong, kasus siswa SMK di Muaro Jambi yg memiliki bendera dan buku² ISIS, menyebarnya ajaran intoleran di sudut² pelosok wilayah Jambi serta pemasangan bendera ISIS dsb. Ini membuktikan kalau kelompok radikal dan intoleran sudah ada di Jambi, katanya.
Bahaya radikalisme adalah rusaknya ukhuwah agama, pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa, retaknya keutuhan NKRI, munculnya fitnah diantara sesama masyarakat dan rasa saling curiga serta menimbulkan rasa takut bagi masyarakat.
Untuk itu, kata Wadir Binmas, kami mohon kerjasama seluruh elemen masyarakat untuk untuk bersama-sama bahu membahu merapatkan barisan untuk menghadapi tetorisme ini guna tetap terjaga secara kondusif seluruh wilayah Jambi.
Sebagai pemateri penutup adalah Kepala Adat Jambi yang menyatakan bahwa dgn kuatnya adat, radikalisme akan tercegah.
Dialog ditutup dengan Deklarasi penolakan terhadap radikalisme dan intoleran, anti pancasila dan narkoba.(Jkn)
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »



